Agenda Media, Publik, dan Public Relations

 

Beberapa waktu lalu, saya melakukan penelitian terhadap belasan media yang cenderung memberitakan secara negative terhadap suatu perusahaan. Saya mendapati, ada bulan tertentu media tersebut hampir setiap hari memberitakan tentang perusahaan dan aktivitasnya secara negatif. Namun demikian, diantara berita-berita tersebut, ada satu berita yang memiliki tone yang positif. Setelah saya telusuri berita tone positif tersebut berasal dari jupa pers yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.

Saya telusuri lagi untuk melihat gambaran tentang kenapa media memberitakan negatif dan positif. Saya mendapati media memberitakan negatif tentang perusahaan itu karena perusahaan jarang bahkan tidak pernah memasok informasi atau materi berita ke media. Selama itu perusahaan tersebut tidak pernah memasok informasi tentang perusahaannya kepada media bersangkutan.

Ini menunjukkan bahwa perusahaan kurang terlibat dalam proses pembentukan isu-isu (agenda building) yang dianggap penting. Karena itu, media dengan pelaporan liputan beritanya yang menentukan apakah sebuah isu penting di benak publik atau tidak (agenda setting media).

Ini yang kemudian membuat saya sampai pada hipotesis bahwa kalau suatu media yang selama ini memberitakan secara negatif tentang suatu perusahaan hal itu disebabkan oleh ketiadaan pasokan informasi yang diberikan oleh perusahaan itu tentang dirinya. Hipotesis kedua adalah, kalau perusahaan tersebut memasok informasi yang positif tentang perusahaan, media itu akan memberitakan secara positif pula.

Dalam acara ASEAN Talk yang diadakan Asean PR Network , Jum’at lalu, ada pertanyaan seputar cara menangani media yang cenderung memberikan negatif – dari isi pihak yang diberitakan -- tentang sesuatu. Bagi organisasi, bila pemberitaan negative tersebut menyangkut organisasi kita, hal itu tentu sangat tidak mengenakkan.

Persoalan kedua adalah apa yang harus dilakukan terkait dengan media yang memberitakan secara negative tersebut? Apakah organisasi yang diberitakan secara negative itu lantas mengambil jarak dan “memusuhi” media tersebut?

Bagi masyarakat, sebuah informasi merupakan pusat dari pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan itu berbeda antara perusahaan dan publik. Didalam organisasi atau proses pengambilan keputusan diawali dengan riset dan hasil riset itu menjadi acuan dalam pengambilan keputusan. Dalam masyarakat, hal itu berlangsung secara instant.

Masyarakat tidak memiliki waktu untuk mempelajari setiap masalah yang menyangkut mereka. Karena itu, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mereka, masyarakat mengandalkan sumber informasi lainnya, khususnya media massa, untuk informasi yang memungkinkan mereka mengembangkan pendapat dan membuat keputusan tentang sesuatu mulai dari untuk kepentingan pribadi, perusahaan, kebijakan publik, tindakan pemerintah dan tren sosial.

Informasi yang dikirimkan melalui media massa berasal dari berbagai sumber. Ada yang bersumber dari akademisi, pejabat pemerintah, pengusaha, pengamat keuangan, peserta atau orang terlibat dalam acara atau peristiwa tertentu.

Yang paling penting untuk program adalah para relawan kelompok-kelompok sipil non-profit yang sering disebut organisasi non-pemerintah (LSM) – bisa pendukung kebijakan publik, apakah mereka mengkhususkan diri dalam masalah lingkungan, anti korupsi, kesehatan anak-anak, atau penyalahgunaan obat – membutuhkan dua hal dari media massa: informasi yang akurat dan sudut pandang (perspektif pemasalahan).

Pages: 1 2 3
Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)