Kampanye Baru Anti Rokok

Pada akhir Januari lalu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama dengan Vital Strategies meluncurkan kampanye baru anti rokok berjudul “Penyakit yang Diakibatkan Rokok”. Vital Strategies adalah organisasi kesehatan dunia yang berupaya mempercepat kemajuan pada masalah kesehatan paling mendesak di dunia.

Iklan Layanan Masyarakat (ILM) yang dirancang untuk mengubah pikiran perokok yang ingin berhenti agar benar-benar berhenti itu menampilkan korban nyata akibat rokok yang menderita stroke, kanker tenggorokan, kanker paru dan penyakit Buerger. Untuk memperkuat pesan, dalam iklan berdurasi 30 detik tersebut ditampilkan kisah singkat dua korban, yaitu Cecep Sopandi, penderita penyakit Buerger; dan almarhum Ranap Simatupang, penderita kanker paru. “Dengan menunjukkan secara gamblang bahaya rokok, termasuk kondisi-kondisi yang belum terlalu dikenal, kami berharap kampanye ini dapat mengajak orang Indonesia memiliki lebih banyak informasi dan mendapatkan pilihan-pilihan yang lebih sehat,” papar dr. Anung Sugihantono, M.Kes., Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Dengan menampilkan korban rokok seperti Cecep, menurut Enrico Aditjondro, Associate Director Vital Strategies Asia Tenggara, kampanye ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru seperti penyakit Buerger yang juga diakibatkan oleh kebiasaan merokok, di samping risiko penyakit-penyakit lain untuk pengingat publik. “Kami mengajak para perokok untuk menyaksikan iklan ini, sehingga mereka akan berpikir dua kali sebelum mengambil sebatang rokok berikutnya. Kami berharap para perokok sadar kerusakan yang akan terjadi pada diri mereka, dan orang-orang di sekitarnya. Harapannya tentu agar mereka berhenti merokok,” paparnya.

Menurut rencana, kampanye ini akan ditayangkan selama empat minggu di enam televisi nasional. Selain itu juga akan dipromosikan dan disebarluaskan melalui media sosial dengan tagar #SuaraTanpaRokok di kanal YouTube, Twitter, Facebook, Instagram dan www.suaratanparokok.co.id. Pada situs yang disebut terakhir, masyarakat Indonesia diharapkan ikut berperan dengan berbagi kisah mengenai bahaya-bahaya yang diakibatkan rokok. Di sana juga disajikan tips-tips mengenai cara berhenti merokok dan alamat klinik yang dapat membantu masyarakat untuk berhenti merokok.

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 80% penduduk Indonesia menyadari bahwa tembakau mengakibatkan kanker paru dan serangan jantung, namun hanya sedikit yang menyadari tembakau mengakibatkan penyakit- penyakit lainnya,” timpal José Luis Castro, President and Chief Executive Officer, Vital Strategies.

Kampanye ini merupakan lanjutan kampanye pengendalian tembakau nasional sebelumnya (diluncurkan pada 2015 dan 2016), yang berfokus pada dampak rokok terhadap kesehatan dan ekonomi. World Economic Forum memperkirakan bahwa perekonomian Indonesia pada 2030 akan mengalami kerugian sebesar US$ 4,5 triliun jika beban penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung dan kanker tidak dikurangi. Seperti ditunjukkan oleh kampanye ini, konsumsi tembakau merupakan faktor risiko utama penyakit-penyakit tersebut.

Selain komunikasi kampanye kesehatan untuk membantu perubahan sikap publik mengenai perilaku merokok, dalam rilis yang kami terima disebutkan adanya kemungkinan cukup besar bagi Indonesia untuk meningkatkan pajak rokok hingga 75% dari harga eceran, seperti yang direkomendasikan WHO. Lebih lanjut lagi tersedia juga kesempatan untuk mengalokasikan dana bagi program-program kesehatan dan sosial.

Menurut The Tobacco Atlas, lebih dari 2.677.000 anak-anak dan 53.767.000 orang dewasa di Indonesia adalah perokok (57,1% laki-laki dewasa; 3,6% perempuan dewasa; 41% anak-anak laki-laki, dan 2,5% anak-anak perempuan). Penelitian menunjukkan bahwa laki-laki Indonesia mulai merokok di usia dini, bahkan banyak yang mulai merokok di usia dua belas tahun. Penggunaan tembakau merupakan faktor utama penyakit tidak menular, yang menurut World Economic Forum dapat merugikan perekonomian Indonesia hingga US$4,5 triliun pada 2012-2030. (Nurur R. Bintari)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)