Krisis First Travel : Manajemen Fokus Berangkatkan Jamaah

Masih tentang krisis yang dialami First Travel, Direktur Utama First Travel (FT) Andika Surachman menegaskan pihaknya fokus memberangkatkan jemaah yang tertunda jadwal umroh ke Tanah Suci dan meminta semua untuk tetap tenang.


“Penundaan bukan berarti gagal berangkat seperti yang disuarakan beberapa pihak selama ini. Kami dan Manajemen tetap berkomitmen untuk memberangkatkan calon jamaah ke tanah suci,” ujarnya dalam pertemuan dengan sejumlah media di Jakarta, akhir pekan lalu sore.

Mengenai sebab penundaan, Andika menjelaskan salah satu faktornya adalah karena FT tidak memiliki akses atau kewenangan yang berhubungan dengan kepengurusan dokumen pemberangkatan Jamaah. Selama 7 tahun operasional First Travel, problem seperti ini belum pernah terjadi karena support yang baik dari pihak-pihak terkait.

“Karena itu, kami mohon kepada pihak yang berwenang untuk melihat permasalahan dengan matang, jernih, arif dan bijaksana. Tolong jangan dipersulit. Jangan melihat First Travel-nya, jangan melihat Andikanya, pertimbangkan kepentingan Jamaah kami yang sudah rindu beribadah ke tanah suci,” ujarnya mengimbau.

 

Terjadinya penundaan keberangkatan Jamaah Umroh FT, diungkapkan oleh Wakil Direktur Anniesa Hasibuan bermula dari munculnya kendala atas proses MOFA (Ministry of Foreign Affairs) untuk 270 Jamaah asal Sidoarjo, Jawa Timur akhir Maret lalu. MOFA adalah voucher konfirmasi dari Kementerian Haji Saudi untuk calon Jamaah Umrah, berdasarkan quota yang tersedia. Karena kendala MOFA ini, keberangkatan 270 jamaah tersebut tertunda selama tiga hari.
Selama masa tersebut, jamaah diinapkan di hotel dekat Bandara dan FT memberikan pelayanan serta update informasi. Namun sebuah media menyebarkan berita tersebut sebagai kasus gagal berangkat. Padahal para jamaah itu berhasil diterbangkan ke Tanah Suci, bahkan sekarang sudah kembali ke tanah air dengan selamat.
Reschedule pertama tersebut otomatis membuat jadwal keberangkatan jamaah berikutnya terganggu dan harus diatur kembali sehingga muncul keresahan di kalangan jamaah.

Sayangnya kondisi tersebut dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang memancing gejolak jamaah. Pemberitaan sepihak ini membuat FT dihadapkan pada kondisi yang semakin sulit. Gejolak memuncak ketika Manajemen mengalami kesulitan lagi dalam kepengurusan salah satu satu dokumen yang menjadi syarat wajib umroh.
Atas problem ini, Manajemen menawarkan beberapa solusi yang tidak bersifat paksaan. Solusi pertama ditawarkan kepada Jamaah yang ingin berangkat saat ini juga yaitu dengan mencarter pesawat SA (Saudi Arabia) yang dapat menjamin visa.

Konsekuensinya, ada biaya tambahan dari Jamaah –lebih dari biaya program promo yang mereka pilih -- karena harga tiket pada bulan Rajab dan Ramadhan selalu lebih tinggi daripada waktu yang biasa. Tambahan biaya Rp2,5juta itu untuk melengkapi kekurangan 50% yang sudah ditanggung perusahan. Solusi darurat dengan carter pesawat seperti ini sudah pernah juga dilakukan oleh First Travel tahun sebelumnya.
Opsi kedua kedua tentu saja penjadwalan ulang pemberangkatan jamaah sampai berlalunya peak season umrah pada bulan Rajab dan Ramadhan. Jamaah yang memilih opsi ini, dengan tanpa tambahan biaya, akan diberangkatkan setelah Musim Haji 2017.
Opsi apa pun yang diambil Jamaah, menurut Andika, Manajemen First Travel berkomitmen dan tetap fokus pada penyelesaian problem agar para Jamaah bisa segera berangkat ke Tanah Suci. “Yang penting kami fokus melayani kebutuhan jamaah sampai semuanya selesai dulu. Kami berusaha keras menyelesaikan semua amanah semaksimal mungkin,” tegasnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)