Strategi Ritel Yang Survive Di Era Resesi Ekonomi

Berbagai upaya dilakukan peritel agar bisa survive di era resesi ekonomi. Namun hanya sedikit brand ritel yang melakukan sesuatu yang berbeda. Mereka tidak hanya fokus pada transaksi dan memanfaatkan entertainment untuk mendatangkan konsumen dan mendorong transaksi.

retail Inilah retail yang sukses bertahan di era resesi ekonomi

Dan hasil dari strategi yang mereka lakukan juga berdampak positif terhadap sales growth, harga saham yang lebih tinggi, dan meningkatnya consumer engagement.

Burberry, misalnya, mampu meningkatkan pendapatannya sebesar 17% dan profit sebesar 8%, berdasarkan laporan tahunan 2013/2014. Menurut CEO Burberry, salah satu kunci keberhasilannya adalah dengan mengintegrasikan platform fisik dan digital untuk meningkatkan brand experience di seluruh touchpoints.

Strategi ini mampu membuat segala sesuatunya lebih menarik. Berdasarkan laporan Februari lalu, National Retail Federation memproyeksikan bahwa brand ritel ini akan mampu meningkatkan pertumbuhan tahunannya sebesar 4.1%, pertumbuhan terbesar selama 4 tahun terakhir.

Lain lagi dengan strategi Selfridges. Brand ritel ini sebenarnya memang sudah sering memanfaatkan entertainment untuk mendatangkan konsumen. Tahun 1925, Selfridges menampilakan televisi teknologi terbaru di dalam department store-nya yang tampak mewah. Tahun 2013 lalu, Selfridges berkolaborasi dengan Nike dalam pembuatan window installation yang bisa mensinkronisasikan gerakan kinetik orang yang berlalu lalang untuk menyoroti fleksibilitas produk. Pada saat yang sama, strategi ini juga menghibur dan meningkatkan foot traffic di toko.

Tahun ini, Selfridges memanfaatkan culture dan cuisine sebagai strateginya. Berkolaborasi dengan Mexico Tourism Board, Selfridges menciptakan tema selebrasi Year of Mexico dan menghadirkan beragam makanan khas mexico, diantaranya lewat dining pop-up dan demonstrasi memasak.

Strategi Selfridges ini mendapatkan perhatian dari pengamat industri ritel. Luxury Daily misalnya menominasikan Selfridges sebagai Luxury Retailer of the Year 2014 lantaran berhasil mentranformasikan departement storenya menjadi shopping destination dengan memanfaatkan entertainment.

Topshop juga menggunakan entertainment sebagai strateginya. Salah satu cabangnya di Oxford Circus, konsumen bisa menemukan cafe, cupcake, salon, dan DJ, yang disisipi diantara rak pakaiannya. Tahun ini, peritel fashion wanita ini juga mengumumkan kolaborasi dengan Beyonce Knowles untuk salah satu pakaiannya. Beyonce juga akan muncul saat launching untuk memberikan hiburan kepada fans saat mereka berbelanja.

Dalam 5 tahun terakhir, seiring dengan berkembangnya digital, kita melihat beberapa brand ritel yang sukses menghibur konsumennya tidak hanya di dunia nyata, tetapi juga dunia maya. Brand ritel berikut ini tidak hanya membuat online store atau membuat lookbook di sosial media.

Burberry adalah salah satu brand ritel yang pertama dalam mengadopsikan strategi digital ini. Tahun 2009, Burberry membuat Art of Trench dan berhasil membuat orang-orang berbicara tentang hal tersebut. Untuk meningkatkan engagement antara konsumen loyal yang high-end dengan fashinista muda, Burberry menggandeng dengan The Sartoliasit – fashion blog yang sudah ternama. Lewat kolaborasi ini, konsumen diajak untuk upload, share, dan like foto mereka menggunakan produk trench coat Burberry. Ini merupakan look book yang menghibur dan pada saat yang sama mampu meningkatkan penjualan produk, bahkan hingga sold out.

Dengan strategi ini, Burberry mampu meningkatkan pendapatan hingga 9% untuk periode penjualan selama 6 bulan, dari mulai Oktober hingga Maret. “Ini tidak hanya tentang digital commerce. Lebih dari itu. Kami harus menanamkan dalam strategi marketing kami hal-hal seperti menciptakan komunikasi interaktif dengan konsumen. Kami juga ingin menunjukkan cara kami melakukan fashion show lewat teknologi digital. Ini adalah yang membedakan kami dengan brand ritel fashion lain,” ujar Carol Fairweather, CFO Burberry.

Net-a-Porter juga meningkatkan e-commerce-nya untuk mendapatkan perhatian konsumen, sejak diluncurkan pada 2011 silam. Di e-commerce sitenya, Net-a-Porter Live, konsumen bisa berbicara satu sama lain dan berkonsultasi dengan stylist. Mereka juga bisa melihat apa saja yang sedang menjadi tren dan paling banyak dibeli di seluruh dunia dengan memanfaatkan Google Maps. Tujuan nya adalah untuk mendorong kelompok dan expert tertentu untuk menciptakan opini positif demi meningkatkan awareness.

Para brand ritel tersebut berhasil menciptakan keseruan dalam berbelanja. Sehingga pada saat yang sama mereka bisa mendongkrak penjualan. Jika saja marketers mampu memanfaatkan omnichannel untuk menghibur konsumen, mereka bisa mendorong konsumen untuk berbelanja lebih lagi. Benefit nya untuk konsumen sendiri, mereka tidak hanya merasakan tren yang sedang terjadi, tetapi juga experience.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)